Cerita Sex Hot : Perawan Lesbian



Cerita Sex Hot : Perawan Lesbian [ www.BlogApaAja.com ]

Cerita Sex Hot : Perawan lesbianCerita seks ini awalnya ga ingin kuceritakan, karena cerita dewasa seks ini sungguh membuatku ketagihan, cerita seks ini awalnya kudapatkan dengan tidak sengaja, ketika aku mendapati 2 orang wanita yang melakukan hubungan seks dengan bersamaan, alias lesbian, ya apalagi lesbiannya cantik2 banget dan masih perawan, akhirnya sebagai manuai atau cowok normal maka aku tergoda.

Cerita ini berawal ketika windy, wanita cakep temenku di datengi adik kostnya.



- mbak, mau kubantu ? - suara Ratih terdengar saat masuk ke kamar kostku.

- Walah ya jangan repot2, ini kan cuma ngebongkar titipan orang - sahutku

Sambil mengeluarkan macam2 kripik dari dalam kardus2 besar yang baru datang.

- kubantuin makan, maksudku - sambung Ratih cekikikan.

Sambil tersenyum aku mengeluarkan juga pakaian yang terlipat rapi dari kardus2 itu juga. Ratih tidak bisa diam melihatku mengeluarkan isi paket dari kerdus. Kubiarkan sesaat Ratih ikut mengatur memisahkan makanan kering, keripik, pakaian dan buku2. Aku teringat sesuatu, tapi terlambat

...



- Eih ?!? - Ratih memperhatikan 3 dvd di tangannya.

Movie porno koleksiku ketahuan!!

Ratih berdiri menghindar saat kucoba merebut dari tangannya. Ratih malah naik ke tempat tidurku, bersandar dan membolak balik gambar di covernya. Biarlah, kupikir Ratih juga sudah dewasa. Baru 2 semester berjalan sekolah menengahnya, Ratih sudah termasuk dewasa menurutku. Jika ternyata belum melihat hal2 seperti itu .. ya berarti masih lugu dan poloslah dia.

- mbak Windy punya film begini ? pinjem ya mbak - katanya bangkit dari tempat tidurku langsung berjalan cepat ke pintu.

- hati2 menyimpannya. - seruku sambil melanjutkan unpacking isi kardusku.

Lama juga memilah isi kardus dan menatanya ke lemari, meja dan kulkas kecilku. Setelah semuanya rapi, kuambil kaos longgar dan celana pendek, handuk serta perlengkapan mandiku.

Setelah mandi aku keluar kamar mandi, berjalan terus keluar kamarku sambil mengeringkan rambutku dengan handuk. Beberapa langkah setelah di depan kamar Ratih, kuketuk pintunya.

Dengan lilitan handuk membungkus pinggang hingga pahanya, Ratih membukakan pintu dan langsung menarik tanganku masuk ke dalam kamarnya. Dikuncinya pintu dan kembali memegang tanganku, menarikku ke depan tvnya. Seperti perkiraanku, Ratih masih melihat dvdku tadi.

Masih tertayang seorang pria kulit gelap telanjang dan dua gadis asia setengah telanjang sedang beraksi di ruang kantor. Pria itu berlutut di depan gadis si rambut panjang yang duduk di kursi dengan paha terbuka lebar, kaki yang satu di atas meja. Dengan cepat pria itu menggoyang pantatnya maju mundur sementara si rambut panjang mencengkeram tangannya ke atas, memegang sandaran kursi di belakang kepalanya sambil berteriak seperti kesakitan. Branya telah terbuka menggantung di tangan kirinya. Buah di dadanya bergoyang seirama dengan kayuhan pantat si pria.

Yang rambut pendek berusia belasan tahun terbaring di meja, dengan rok seragam sekolahnya telah tersingkap ke atas. Pahanya terbuka lebar, kakinya diatas meja, sementara kepala pria itu mencium dan menjilat pangkal paha gadis itu. Tangannya pun ikut bermain di sana.

Ratih diam saja saat kuberjalan ke kulkasnya, membuka dan mengambil setangkai anggur. Kututup kulkas dan memutar tubuhku menghadap tempat tidur, memperhatikan Ratih. Ia tak berkedip melihat tv, duduk di tepi tempat tidur, kaki kirinya di atas kaki kanannya, terlihat sedikit bergoyang. Terlihat pantatnya juga sedikit bergoyang memutar.

Ratih hanyut dengan tontonannya. Sambil tersenyum aku duduk di selahnya sekarang. Kuperhatikan dadanya naik turun agak cepat. Kubiarkan Ratih menonton movie itu sampai si pria berdiri dan menghadap meja, ke arah gadis sekolah rambut pendek itu. Pria itu mulai menggoyang pantanya lagi maju mundur di tengah pangkal paha yang terbuka lebar di atas meja.

Sekarang kuganti cemilanku dengan minuman ringan dari kulkasnya. Belum habis minumanku, pria itu telah berteriak, memegang batang kemaluannya yang mengeluarkan cairan putih memenuhi wajah gadis itu.

Kuperhatikan Ratih, duduk tegak, tangannya menopang tubuhnya di tempat tidur. Kakinya sedikit terbuka pahanya.

Sekarang!! Dengan cepat kuraih handuk yang melilit bawah tubuhnya, kutarik lepas menyingkap bawah tubuhnya yang sekarang terlihat jelas. Ratih tidak mengenakan apa2. Ia terkejut.

- Eih!! mbak Windy!!

Tangannya bergerak menutup pangkal pahanya. Saat akan berdiri, kutahan tangannya, sambil terseyum aku berkata

- jangan ributlah, toh punya kita sama. - suaraku menenangkannya.

Ratih mulai tersenym dan kembali duduk tenang.

- tapi punyaku bulunya jarang mbak, masih halus. - tangannya membelah menyisir rambut bawahnya perlahan.

- kalau punyaku sudah banyak keluar, tapi sering kucukur. enak kalau mulai tumbuh lagi, geli2 gimana gitu.

Aku berdiri sekarang menghadap Ratih. Dengan santai kuturunkan sedikit calana pendekku, terlihat jelas Ratih memperhatikan milikku. Lalu ia membandingkannya sebentar dengan miliknya.

- ah mbak Windy sudah dewasa, dada mbak sudah bagus bentuknya.

- kalau dadaku cuma segini - Ratih kemudian mengangkat baju atasnya, terlihat bra cup nya yang agak kedodoran.

Kutarik ke atas kaosku, kulepaskan sekarang lewat kepala. Setelah meletakkan kaosku di atas tempat tidur, kupegang bagian bawah kedua buah dadaku, sedikit kuremas dan sedikit kuangkat ke atas, sedang kucoba kutontonkan pada Ratih.

- punya mbak Windy bagus. mungkin paling bagus diantara anak2 kist sini. - katanya pelan.

- besar, maksudmu ? - jawabku tertawa geli

lalu kuputar bagian belakangku menghadap cermin, menurunkan lebih ke bawah celana pendekku.

- semoga pantatku juga indah ya - komentarku

- padat mbak, apa yang itu disebut bahenol ? - tanya Ratih

- hihihi - tak tahan ku tertawa geli dengan komntarnya. senang juga mendengarnya.

Aku menungging sekarang, memperlihatkan dengan jelas kedua lubangnya di cermin.

Ratih duduk bergeser, ikut memperhatikan apa yang tampak di cermin.

Kutarik celanaku ke atas sekarang, lalu kududuk lagi disebelahnya.

- punyamu sudah basah ? - tanyaku

- apanya mbak ?

- ya yang di bawah pusarmu, terasa basah gak ?

- enggak tau - jawab Ratih.

Ia kini bergerak mundur sedikit di tempat tidur. Lututnya diangkat ke atas, kedua kakinya di atas dipan sekarang, pahanya dibuka lebar-lebar, mempertontonkan pangkal pahanya. Kedua tangannya membantu membukanya hingga kini terkuak. Kulit dalamnya yang merah muda sekarang terlihat jelas, agak berlendir.

- sudah pingin pipis ? - tanyaku lagi.

- tadi pingin sih, tapi bukan pingin pipis rasanya. enggak tau gimana gitu - jelas Ratih.

- tapi sudah basah kan ?

Kuambil handuk dan mengusap pangkal pahanya. Ratih diam saja. Kupijit perlahan sekarang.

- sudah mencoba memasukan ke lubangnya ? - tanyaku lagi perlahan

- apaan ? apa maksud mbak Windy ?- tanyanya

- mungkin jarimu kau masukan ?

- tadi memang pingin memegangnya, terasa enak terus keterusan memegangnya. - jelasnya

- makanya kulepaskan celanaku biar enak mengusapnya - jelasnya lagi.

Terlihat pantat Ratih mulai sedikit bergoyang goyang. Aku tidak menghentikan usapan dan pijitanku.

- enak diusap ? - tanyaku lagi.

- tadinya sih - jelas Ratih.

- kalau sekarang ?

Ratih diam, mencoba menikmati usapanku di bawah perutnya.

Kugeser dudukku sekarang, mendekat. kubelai rambutnya, kusisir perlahan. sesekali kuusap juga telinganya. Ratih diam, menatapku.

Sekarang tanganku tanpa handuk membelai pangkal paha Ratih, bagian sensitif wanitanya, perlahan naik turun, sesekali membuka lipatannya menyentuh tonjolan kecil di dalamnya.

Ratih memjamkan mata. nafasnya mulai terdengar jelas berirama agak cepat.

Kakinya kubuka lebar2, dengan tangan kiriku kupercepat usapan di pangkal paha Ratih.

- hsss ... mbaaak - Ratih mendesis, merebahkan tubuhnya di tempat tidur sekarang.

Kugerakkan tangan kananku ke arah dadanya sekarang. Perlahan kuangkat cup penutup buah di dadanya. kuusap-usap ujung kecil di buah dadanya.

- hmmm ... hssss - Ratih bersuara tak jelas

Tangannya memegang tanganku yang di dadanya. Hanya memegang. Aku sekarang meremas buah di dada Ratih yang masih ranum itu. Tangan kiriku kupercepat mengusap pangkal pahanya.

Ratih mulai melepaskan nafasnya pendek berirama cepat sambil bersuara

- haah!! haah!! haah!!

Kupercepat tangan kiriku mengusap daging kecil di celah2 pengkal paha Ratih.

Perlahan jari tengahku mengusap sekeliling lubang kecil di bawahnya. Sesekali mencoba masuk

- mbaak!! Haah!! Haah!! mbak Windyyy!! haah!!

Dengan ibu jari tangan kiriku aku kini mengusap daging kecilnya, sementara jari tengahku mencoba masuk ke lubang bawahnya. semakin cepat gerakanku, Ratih kini bergoyang pantatnya. Terus bergoyang mengikuti iramaku.

Telah masuk setengah jari tengahku di dalam pangkal paha Ratih. Mulai basah jariku itu, tapi tetap tertahan tak bisa masuk lebih jauh.

Dengan jangkauan sedikit masuk ke dalam itulah aku menggerakkannya keluar masuk

Semakin cepat, cepat, lebih cepat, kutambah kecepatannya ...

- mbaaaak Windyyyyy !! - Ratih menyebut namaku dengan menjerit kecil

Tubuhnya bergetar. Bukan bergoyang seperti tadi, tapi bergetar, mengejang, otot pangkal pahanya menegang, tangan keduanya menangkap tanganku yang bergerak cepat di bagian bawah tubuhnya.

Kemudian diam tak bergerak, kecuali nafasnya naik turun seperti berlari kecil.

Tanganku sudah diam sekarang.

- basah ya ? aku ngompol ya ? tadi seperti pipis rasanya ...

Kuambil handukku tadi, kuusap lagi ke bagian penting Ratih itu.

- enak Ratih?!?

- hmmm ... gimana ya rasanya ... - jawabnya masih telentang.

- punyaku juga sedikit basah lho

Ratih bangkit, duduk sekarang. menatapku lalu memperhatikan bawah pusarku.

- terus aku musti gimana ? - tanyanya

- coba kau ganti dan putar film dvdku. yang India ya ?

Aku beranjak dari tempat tidur ke meja rias Ratih. Ratih dengan cepat mengganti dvd dengan film yang kumaksud. Kuraih sisir sikat Ratih yang dari karet lunak, kududuk lagi di dipan.

kuraih remote dvd, dan kupilih scene yang paling tengah.

Langsung tampil seorang pemuda keturunan India yang telah telanjang bulat, mengikat wanita berdarah India juga yang kini telanjang bagian bawah tubuhnya. Wanita berambut pendek seperti lelaki itu menangis di tepi tempat tidur, kedua tangannya terikat di satu sudut atas tempat tidur.

Kugesekkan pangkal sisir sikat Ratih pada pangkal pahaku berulang ulang.

Ratih yang memperhatikan kegiatanku juga mulai duduk sambil sesekali melihat film itu.<

Follow On Twitter